(IHINEWS) Karawang 01/05/2025, Setiap tanggal 1 Mei, dunia memperingati Hari Buruh Internasional, atau yang lebih dikenal dengan May Day. Bagi sebagian orang, tanggal ini mungkin hanya menandakan hari libur tambahan. Namun, jauh di balik kalender merah itu, tersembunyi esensi perjuangan panjang dan gagasan mendasar tentang keadilan sosial dan martabat pekerja.
Peringatan Hari Buruh bukanlah sekadar nostalgia akan masa lalu kelam eksploitasi pekerja. Ia adalah pengingat yang abadi akan perjuangan gigih para buruh di masa lalu yang menuntut hak-hak mendasar: jam kerja yang manusiawi, upah yang layak, dan kondisi kerja yang aman. Tragedi Haymarket Riot di Chicago pada tahun 1886 menjadi simbol betapa mahalnya harga sebuah pengakuan akan hak-hak tersebut.
Esensi Hari Buruh terletak pada solidaritas. Ia adalah momentum untuk merayakan persatuan dan kekuatan kolektif para pekerja di seluruh dunia. Melalui serikat pekerja dan gerakan buruh, suara-suara individu yang mungkin lemah menjadi lantang dan mampu mengadvokasi perubahan yang signifikan. Solidaritas ini melampaui batas-batas negara, ras, dan agama, menyatukan pekerja dalam satu tujuan mulia: kehidupan yang lebih baik dan adil.
Lebih dari itu, Hari Buruh adalah refleksi atas kondisi pekerja saat ini. Meskipun banyak kemajuan telah dicapai, tantangan baru terus bermunculan. Globalisasi, perkembangan teknologi, dan perubahan lanskap ekonomi menghadirkan isu-isu ketenagakerjaan yang kompleks. Ketidaksetaraan upah, praktik kerja yang tidak adil, dan ancaman pengangguran akibat otomatisasi masih menjadi perhatian serius di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia.
Oleh karena itu, peringatan Hari Buruh tidak boleh berhenti pada seremoni dan orasi semata. Ia harus menjadi momentum untuk memperbarui komitmen terhadap perjuangan yang belum usai. Ini adalah panggilan untuk terus memperjuangkan upah yang adil, kondisi kerja yang layak, jaminan sosial yang menyeluruh, dan perlindungan terhadap hak-hak pekerja dari segala bentuk eksploitasi.
Esensi Hari Buruh Internasional adalah tentang pengakuan martabat manusia melalui kerja yang adil dan layak. Ia adalah tentang keberanian untuk menyuarakan ketidakadilan dan memperjuangkan perubahan. Ia adalah tentang solidaritas global yang melampaui batas-batas perbedaan. Di setiap tanggal 1 Mei, mari kita tidak hanya menikmati libur, tetapi juga merenungkan esensi perjuangan ini dan memperbarui tekad untuk mewujudkan dunia kerja yang lebih adil dan manusiawi bagi semua. Perjuangan untuk martabat pekerja adalah perjuangan yang tak pernah usai.
Shanto Adi P/Editor