ILUSI PERTUMBUHAN, KETIKA EKONOMI INDONESIA GAGAL MENCIPTAKAN LAPANGAN KERJA

Foto Istimewa

(IHINEWS) Karawang (03/06/2025) Pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak bermutu karena hanya mampu menyerap sedikit tenaga kerja adalah sebuah kritik yang cukup sering muncul dan patut dicermati. Meskipun secara makro angka pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) mungkin terlihat impresif, seringkali angka tersebut tidak diikuti oleh peningkatan yang signifikan dalam penciptaan lapangan kerja, terutama di sektor-sektor produktif.

Mengapa Angka Pertumbuhan Tidak Selalu Berbanding Lurus dengan Penyerapan Tenaga Kerja?

Beberapa faktor bisa menjelaskan fenomena ini:

a. Pertumbuhan yang Didominasi Sektor Padat Modal, Bukan Padat Karya:

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sering kali didorong oleh sektor-sektor yang membutuhkan investasi besar dalam teknologi dan mesin (padat modal), tetapi tidak banyak membutuhkan tenaga kerja manusia. Contohnya, sektor pertambangan, beberapa jenis manufaktur canggih, atau bahkan sebagian sektor jasa keuangan. Perusahaan-perusahaan di sektor ini mungkin menghasilkan nilai tambah yang tinggi, tetapi jumlah karyawan yang mereka serap relatif sedikit.

b. Peningkatan Otomatisasi dan Digitalisasi:

Revolusi industri 4.0 dan adopsi teknologi otomatisasi di berbagai sektor membuat banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia kini bisa digantikan oleh mesin atau sistem digital. Ini meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tetapi di sisi lain mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja.

c. Kesenjangan Keterampilan (Skill Mismatch):

Sektor-sektor yang tumbuh mungkin membutuhkan jenis keterampilan yang tidak dimiliki oleh mayoritas angkatan kerja. Kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi seringkali belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri yang berkembang pesat. Akibatnya, ada banyak pencari kerja yang tidak dapat mengisi posisi yang tersedia karena kekurangan keahlian yang relevan.

d. Pertumbuhan Sektor Informal:

 Meskipun sektor formal mungkin lambat dalam menyerap tenaga kerja, sektor informal (seperti pedagang kaki lima, pekerja serabutan, atau usaha mikro) seringkali menjadi “bantalan” bagi mereka yang tidak terserap di sektor formal. Namun, pekerjaan di sektor informal umumnya memiliki produktivitas rendah, upah minim, dan tidak menawarkan jaminan sosial atau perlindungan kerja yang layak.

Fokus pada Konsumsi daripada Produksi:

Jika pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh konsumsi domestik daripada investasi di sektor produksi yang menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja, maka dampak penyerapan tenaga kerja akan terbatas.

Dampak dari Pertumbuhan Ekonomi “Tidak Bermutu”

Jika pertumbuhan ekonomi hanya terjadi di angka PDB tanpa diikuti oleh penyerapan tenaga kerja yang signifikan, beberapa dampak negatif yang bisa terjadi antara lain:

a. Peningkatan Pengangguran Terbuka: Terutama di kalangan usia muda dan terdidik, yang dapat menimbulkan frustrasi sosial dan potensi instabilitas.

b. Peningkatan Ketimpangan Pendapatan: Mereka yang memiliki keterampilan tinggi dan dapat mengakses sektor padat modal akan menikmati pertumbuhan ekonomi, sementara sebagian besar masyarakat akan tertinggal.

c. Penurunan Daya Beli Masyarakat: Jika pendapatan tidak tumbuh seiring dengan pertumbuhan ekonomi, daya beli masyarakat akan stagnan atau bahkan menurun, yang pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi itu sendiri.

d. Bonus Demografi yang Terbuang: Indonesia akan menghadapi “bonus demografi” di mana populasi usia produktif sangat besar. Jika mereka tidak terserap dalam pekerjaan yang layak, bonus demografi ini bisa berubah menjadi bencana demografi.

Langkah ke Depan

Untuk menjadikan pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih “bermutu” dan inklusif, fokus perlu digeser pada:

a. Pengembangan Sektor Padat Karya: Mendorong investasi dan pengembangan di sektor-sektor yang secara inheren menyerap banyak tenaga kerja, seperti manufaktur berbasis ekspor, pariwisata, dan industri kreatif.

b. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM): Mereformasi sistem pendidikan dan pelatihan vokasi agar lebih relevan dengan kebutuhan industri, serta mendorong program reskilling dan upskilling bagi angkatan kerja.

c. Mendorong Investasi Produktif: Menciptakan iklim investasi yang lebih menarik bagi perusahaan-perusahaan yang berkomitmen untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas.

e. Memperkuat UMKM dan Ekonomi Kreatif: Sektor UMKM adalah tulang punggung ekonomi yang menyerap banyak tenaga kerja. Dukungan bagi mereka, termasuk akses permodalan dan pelatihan, sangat krusial.

Pada akhirnya, pertumbuhan ekonomi yang ideal bukan hanya tentang angka-angka tinggi, tetapi juga tentang bagaimana pertumbuhan tersebut bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara luas melalui penciptaan lapangan kerja yang layak dan berkelanjutan.

Shanto Adi P/Editor

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments