INDONESIA TERJEBAK DEFLASI, ANCAMAN RESESI DI BALIK HARGA MURAH

Foto Istimewa

(IHINEWS) Karawang (03/06/2025) Indonesia kembali mengalami deflasi pada Mei 2025 (tercatat 0,37% m-t-m) dan ini merupakan kali ketiga deflasi di tahun 2025 (setelah Januari dan Februari), menimbulkan kekhawatiran serius terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan.

Dampak Negatif Deflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia:

Deflasi, meskipun sekilas tampak menguntungkan karena harga barang dan jasa turun, sebenarnya memiliki dampak yang sangat merugikan jika terjadi secara berkepanjangan. Berikut adalah beberapa dampaknya:

a. Penurunan Daya Beli dan Konsumsi Masyarakat:

Penundaan Pembelian: Ketika harga terus turun, masyarakat cenderung menunda pembelian (terutama barang-barang tahan lama) dengan harapan harga akan semakin murah di masa depan. Ini akan menekan permintaan agregat.

b. PHK dan Penurunan Upah: Deflasi seringkali merupakan indikator pelemahan daya beli. Jika daya beli masyarakat menurun, perusahaan akan kesulitan menjual produknya. Akibatnya, keuntungan perusahaan menurun, yang dapat menyebabkan pengurangan produksi, penundaan investasi, dan bahkan pemutusan hubungan kerja (PHK) atau penurunan upah. Ini menciptakan lingkaran setan di mana pengangguran meningkat, pendapatan masyarakat berkurang, dan daya beli semakin anjlok.

c. Penurunan Pendapatan Perusahaan dan Investasi:

Margin Keuntungan Tertekan: Deflasi membuat harga jual barang dan jasa menurun, sementara biaya produksi (misalnya gaji, bahan baku yang sudah dibeli) mungkin tetap. Ini menekan margin keuntungan perusahaan.

d. Penurunan Investasi: Lingkungan deflasi yang tidak pasti dan prospek keuntungan yang menurun membuat investor enggan berinvestasi. Penurunan investasi ini menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan inovasi.

e. Peningkatan Beban Utang:

Nilai Riil Utang Meningkat: Dalam kondisi deflasi, nilai mata uang relatif meningkat. Akibatnya, nilai riil utang (baik utang rumah tangga maupun perusahaan) menjadi lebih besar dan lebih sulit untuk dilunasi. Hal ini dapat memicu krisis keuangan jika banyak individu dan perusahaan mengalami kesulitan dalam memenuhi kewajiban utangnya.

f. Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi (Bahkan Resesi):

 Deflasi yang berkepanjangan adalah sinyal kuat perlambatan ekonomi dan dapat memicu resesi. Beberapa ekonom bahkan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2025 tidak akan mencapai 5% setelah melambat ke 4,87% pada kuartal I-2025.

Ketika mesin ekonomi “ngadat” (seperti yang terlihat dari melambatnya penyaluran kredit perbankan pada April 2025), deflasi semakin memperparah kondisi ini.

Tantangan Kebijakan Moneter dan Fiskal:

Ruang Gerak Suku Bunga Terbatas: Bank sentral (Bank Indonesia) akan kesulitan mendorong pertumbuhan ekonomi melalui penurunan suku bunga karena suku bunga sudah rendah atau karena kekhawatiran terhadap nilai tukar Rupiah.

Perlunya Stimulus: Pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis, seperti memberikan stimulus di bidang infrastruktur dan padat karya, serta stimulus tambahan untuk sektor industri guna menyerap lapangan kerja dan mendorong konsumsi.

Faktor-faktor yang Diduga Berkontribusi pada Deflasi Mei 2025:

a. Penurunan Harga Komoditas: Salah satu penyebab utama deflasi Mei 2025 adalah turunnya harga komoditas hortikultura seperti cabai merah, cabai rawit, dan bawang merah. Juga, penurunan harga BBM non-subsidi akibat pelemahan harga minyak global dan penurunan tarif angkutan udara setelah Lebaran.

b. Pelemahan Daya Beli Masyarakat: Ini menjadi kekhawatiran utama, yang diperparah oleh kemungkinan peningkatan PHK.

Deflasi yang terjadi pada Mei 2025, setelah dua kali deflasi sebelumnya di tahun yang sama, adalah “lampu kuning” bagi perekonomian Indonesia. Jika tidak diatasi dengan cepat dan tepat, deflasi berkepanjangan dapat memicu gelombang PHK massal, penurunan daya beli yang lebih parah, dan bahkan resesi. Pemerintah dan Bank Indonesia perlu berkoordinasi untuk mengambil langkah-langkah stimulus yang efektif dan menjaga stabilitas ekonomi di tengah tekanan global dan domestik.

Shanto Adi P/Editor

5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments